Bersekolah Setelah Pandemi: Kesan Guru terkait Penggunaan Teknologi di Kelas
Pandemi Covid-19 telah mengubah sistem pembelajaran sekolah negeri di Indonesia, dimana proses pembelajaran tatap muka (PTM) beralih secara cepat menjadi kelas daring. Transformasi cepat ini meningkatkan peran teknologi dalam memfasilitasi interaksi antara guru dan murid. Dalam menghadapi transformasi ini, guru adalah salah satu pihak yang paling terdampak, karena mereka harus beradaptasi dengan penerapan teknologi di kelas dan memastikan bahwa siswa tetap dapat belajar dengan efektif secara daring.
Untuk mendukung pembuatan kebijakan berbasis bukti di sektor pendidikan, tim pengkaji yang terdiri dari profesor terafiliasi J-PAL dan didukung oleh tim J-PAL Asia Tenggara (J-PAL SEA) sedang melakukan kajian yang mengevaluasi teknik pengajaran yang interaktif dan menggunakan teknologi untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Dalam kajian ini, tim J-PAL SEA berkesempatan untuk berdiskusi dengan sejumlah guru di SMP negeri di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Tengah tentang pengalaman mereka dalam mengajar siswa dalam era pasca pandemi Covid-19. Blog ini menceritakan beberapa pembelajaran utama dari para guru.
1. Teknologi berpotensi untuk membuat kegiatan belajar mengajar yang lebih interaktif
Penerapan teknologi di sekolah membuka kesempatan bagi guru untuk melatih teknik mengajar yang lebih interaktif. Beberapa guru berbagi bahwa mereka sedang menggunakan Merdeka Mengajar, sebuah platform daring dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kompetensi pendidik di Indonesia. Platform tersebut menyediakan berbagai sarana (seperti video, contoh soal, dan contoh alat peraga) untuk guru mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, yakni kurikulum terbaru Indonesia, dan menerapkan kegiatan kelas yang bervariasi. Selain itu, guru juga menggunakan platform teknologi pendidikan (Ed tech) lain dan media sosial untuk mendapatkan inspirasi teknik pengajaran yang dipraktekkan oleh guru lain di Indonesia. Guru juga menyampaikan bahwa mereka seringkali belajar dari murid tentang teknik pembelajaran yang menarik dan sejalan dengan minat para murid, dengan harapan agar murid dapat lebih menikmati proses pembelajaran di kelas.
2. Gamifikasi dapat membantu meringankan tantangan belajar yang dihadapi siswa
Dengan kembalinya proses PTM di sekolah, para guru memperhatikan bahwa banyak siswa mengalami dampak dari learning loss. Hal ini, ditambah dengan kecemasan siswa untuk mempelajari materi yang mereka anggap ‘sulit’, seperti matematika, dapat membuat siswa kurang termotivasi untuk fokus di kelas. Dalam kasus seperti ini platform edtech yang memiliki fitur gamifikasi, dapat membantu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Sebagai contoh, guru-guru yang kami temui berbagi bahwa mereka seringkali menggunakan platform seperti Kahoot! and Quizzis, untuk membuat pengalaman belajar yang menyerupai permainan. Beberapa guru juga mulai menggunakan Canva untuk membuat materi dan presentasi yang lebih menarik secara visual agar siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu, penggunaan platform gamifikasi dalam proses pembelajaran juga dapat memotivasi guru dan siswa untuk meningkatkan kemampuan dan literasi teknologi mereka. Hal ini juga dapat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari ketika guru diberikan pelatihan dan dukungan yang cukup dalam menggunakan teknologi.
3. Akses yang mudah terhadap konten sosial media berdurasi pendek dapat mempengaruhi kemampuan konsentrasi dan fokus siswa dalam kelas
Meskipun guru merasa bahwa penggunaan teknologi dalam kelas membawa banyak peluang untuk inovasi dan kreativitas, terdapat khawatiran akan dampak negatif penggunaan teknologi di dalam ataupun di luar kelas saat penggunaan ini tidak diatur dengan baik. Pasca-pandemi, guru memperhatikan bahwa tingkat konsentrasi dan motivasi belajar siswa menurun. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa semakin terbiasa untuk mendapatkan informasi yang disederhanakan dan cepat melalui situs dan media sosial. Karena itu, guru memperhatikan bahwa beberapa siswa cenderung lebih enggan untuk menyelesaikan soal-soal yang kompleks, seperti soal cerita pada pelajaran matematika, dan lebih memilih untuk mendapatkan jawaban dari soal ini secara cepat tanpa mencoba menyelesaikan soal tersebut secara bertahap. Guru juga harus kembali mengevaluasi aturan penggunaan perangkat teknologi (komputer atau handphone) di kelas untuk memastikan bahwa penggunaannya hanya untuk mendukung kegiatan belajar. Penerapan hal ini memerlukan kerjasama antara pihak sekolah, guru, dan murid – terutama selama transisi dari pendidikan jarak jauh (PJJ) ke PTM. Ke depannya, penerapan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar juga masih perlu dikaji lebih lanjut untuk menemukan strategi integrasi dan implementasi yang paling efektif untuk sekolah.
Langkah selanjutnya
Penerapan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar di Indonesia memberikan kesempatan bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Namun, hasil diskusi dengan para guru memperlihatkan bahwa masih diperlukan dukungan lebih lanjut untuk memaksimalkan peluang ini secara maksimal. ami dengan para guru, kami memahami bahwa sekolah, utamanya para guru memerlukan dukungan lebih lanjut untuk memaksimalkan peluang ini. Sebagai contoh, para guru memerlukan pelatihan literasi digital tambahan agar mereka dapat memanfaatkan inovasi teknologi dalam menyusun pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Selain itu, para pemangku kebijakan juga perlu mengatasi ketidakmerataan sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia ketika mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Dalam hal ini, J-PAL SEA berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah dan para pemangku kebijakan dalam mewujudkan proses integrasi teknologi dalam pendidikan yang efektif melalui pelaksanaan kajian dan pembagian bukti ilmiah yang terkait.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang kegiatan kami, silahkan kunjungi website kami dan ikuti kegiatan kami di Twitter dan LinkedIn.