Studi eksplorasi inovasi layanan keuangan digital untuk mempercepat inklusi keuangan di Indonesia
Akses ke layanan keuangan digital (LKD) dapat membantu mendorong pembangunan ekonomi dengan mempermudah akses layanan keuangan bagi masyarakat yang belum dan baru saja memiliki rekening bank. Dalam upaya untuk meningkatkan adopsi LKD, Inclusive Financial Innovation Initiative (IFII) di J-PAL Southeast Asia (SEA) telah mendukung pelaksanaan beberapa studi eksplorasi dan pilot yang dilakukan oleh para peneliti di dalam jaringan J-PAL dalam rangka menjawab pertanyaan kebijakan untuk mendorong inklusi keuangan. Melalui studi-studi tersebut, tim kajian J-PAL berupaya untuk memaksimalkan potensi manfaat LKD bagi pembangunan ekonomi.
Studi eksplorasi dan pilot tersebut bertujuan untuk mengeksplorasi isu-isu dalam penggunaan LKD, seperti: 1) memanfaatkan sistem persaingan untuk meningkatkan kualitas layanan agen laku pandai, 2) mengurangi hambatan adopsi pinjaman digital bagi nasabah mikrokredit perempuan, dan 3) meningkatkan visibilitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada platform e-commerce.
Pada 26 Januari 2023, IFII menyelenggarakan forum Learning Collaborative untuk membagikan pembelajaran dari studi eksplorasi dan pilot yang bertujuan untuk menginformasikan penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam menciptakan LKD yang lebih inklusif. Dalam forum ini, pembicara dan peserta dari lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan sektor swasta berkesempatan untuk mendiskusikan temuan dari studi dan bertukar wawasan terkait cara meningkatkan adopsi LKD yang berkelanjutan di Indonesia.
Berikut adalah pembelajaran utama dari forum Learning Collaborative:
1. Mendukung strategi penjualan agen laku pandai dengan memahami bagaimana tingkat persaingan memengaruhi perilaku agen
Agen laku pandai merupakan komponen penting dalam percepatan inklusi keuangan di Indonesia. Sejak 2014, agen laku pandai telah berkembang pesat untuk terus memperluas layanan keuangan terutama di daerah terpencil. Perkembangan agen yang pesat menghasilkan iklim bisnis yang lebih kompetitif dengan keuntungan serta hambatan. Dengan bertambahnya jumlah agen, pelanggan diuntungkan dengan lebih banyak pilihan, pelayanan yang lebih baik, dan berkurangnya kecenderungan untuk mendapat perlakuan tidak adil dari agen. Tetapi persaingan juga berpengaruh bagi keberlangsungan bisnis agen
Memahami persaingan tersebut sangat penting dalam menyusun strategi penjualan bagi agen. Peneliti terafiliasi J-PAL, Erika Deserranno dan Firman Witoelar Kartaadipoetra, bersama dengan Gianmarco Leon-Ciliotta, Martin Kanz, dan Daniel Gottlieb, berkolaborasi dengan sebuah bank Himbara di Indonesia untuk mempelajari bagaimana agen laku pandai menanggapi persaingan.
Untuk memahami kondisi pasar agen laku pandai, peneliti melakukan survei eksplorasi terhadap sekitar 800 agen dan 1.500 nasabah. Melalui kegiatan ini, tim peneliti menemukan bahwa mayoritas agen tidak melihat persepsi nasabah sebagai hal yang penting, padahal nasabah menghargai agen yang terpercaya. Oleh karena itu, dengan meningkatnya persaingan antar agen, tim peneliti merancang intervensi untuk mempelajari bagaimana pemberian informasi terkait tingkat persaingan yang berbeda dapat mempengaruhi perilaku dan pelayanan agen terhadap nasabah.
2. Meningkatkan kepercayaan diri pengusaha mikro perempuan dan melawan risiko mispersepsi adalah kunci untuk meningkatkan adopsi pinjaman digital
Di Indonesia, 52,9 persen usaha mikro dijalankan oleh perempuan. LKD berpotensi membantu bisnis untuk memperoleh akses ke pembiayaan, pemasok, dan pembeli yang lebih luas. Namun, terlepas dari potensi manfaat yang ditawarkan, banyak usaha milik perempuan yang belum terhubung dengan LKD. Padahal, banyak perempuan pengusaha yang merupakan peminjam mikro kredit di Indonesia dan berpotensi untuk berpartisipasi lebih dalam LKD melalui digitalisasi pinjaman.i Bekerja sama dengan sebuah lembaga kredit mikro dan platform e-wallet, peneliti terafiliasi J-PAL, Arya Gaduh, bersama Arief Wibisono Lubis, melakukan studi eksplorasi untuk menilai peluang tersebut.
Studi eksplorasi tersebut dilakukan untuk memahami hambatan perempuan terhadap penggunaan teknologi digital dan LKD untuk merancang intervensi yang sesuai dalam meningkatkan adopsi pinjaman digital. Temuan utama dari survei eksplorasi menyoroti bahwa perempuan memiliki motivasi yang kuat untuk memanfaatkan teknologi digital dalam menjalankan bisnis mereka. Namun, para pengusaha mikro yang disurvei seringkali kurang percaya diri dan kesulitan dalam menggunakan aplikasi yang lebih rumit seperti e-commerce dan e-wallet. Mereka juga memiliki kekhawatiran terkait risiko keamanan dari teknologi digital. Temuan ini menunjukkan bahwa pelatihan dan pendampingan dapat membantu perempuan dalam menggunakan teknologi pinjaman digital. Pada saat yang bersamaan, mengidentifikasi jenis penggunaan LKD lainnya juga penting untuk dapat lebih lanjut membangun motivasi dan keterlibatan digital mereka.
Peserta forum juga membahas strategi untuk mempertahankan penggunaan LKD sebagaimana pengusaha mikro seringkali mencairkan uang digital yang dimiliki karena transaksi yang perlu dilakukan untuk berbisnis (dengan pemasok dan konsumen) masih berbasis uang tunai. Salah satu solusi adalah memperkenalkan mereka ke ekosistem digital yang lebih luas, seperti e-commerce, dimana terdapat kesempatan menurunkan biaya produksi dengan adanya pilihan pemasok yang lebih luas.
3. Mendukung kesuksesan UMKM di e-commerce melalui product quality signaling
E-commerce menawarkan peluang bagi UMKM untuk mengakses pasar baru serta layanan keuangan dengan catatan bahwa UMKM memahami cara yang tepat untuk beroperasi di dalam platform tersebut. Sayangnya masih banyak UMKM yang kesulitan dalam hal ini. Oleh karena itu, selain mendorong UMKM untuk memasuki platform e-commerce, penting untuk memastikan bahwa UMKM juga bisa tetap kompetitif setelah bergabung ke dalam platform.
Pada tahun 2022, sebanyak 17,5 juta UMKM di Indonesia telah memasuki platform e-commerce. Namun, banyak UMKM yang gagal mencetak penjualan pertama setelah bergabung karena kemampuan promosi yang tidak memadai, kualitas produk yang buruk, atau kurangnya keterampilan serta literasi digital. Pada umumnya, konsumen lebih sulit menemukan usaha kecil di dalam platform dan lebih berhati-hati karena rekam jejak mereka yang lebih terbatas dibandingkan merek yang ternama. “Friksi pencarian” ini membatasi potensi UMKM untuk berkembang di platform.
Untuk mengeksplorasi lebih lanjut cara meningkatkan pertumbuhan UMKM dalam e-commerce, profesor terafiliasi J-PAL, Jie Bai dan Jing Cai, bersama dengan Prani Sastiono, Chaikal Nuryakin, dan Daniel Xu melakukan studi pilot dengan salah satu platform e-commerce di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk memahami bagaimana iklan dan kupon promosi dapat mengurangi friksi pencarian dengan meningkatkan visibilitas dan mendorong permintaan produk UMKM. Namun, temuan awal dari studi menunjukkan bahwa mengiklankan produk UMKM di situs mikro (atau microsite) atau banner, serta menawarkan kupon diskon harga dan pengiriman, tidak meningkatkan penjualan. Terdapat faktor lain seperti kekurangan UMKM dalam menunjukkan kualitas produknya, yang mungkin menjelaskan temuan tersebut.
Temuan awal ini menunjukkan bahwa strategi untuk meningkatkan product quality signaling sangat diperlukan untuk mendukung daya saing UMKM. Contohnya adalah sertifikasi produk atau memperbaiki kualitas pemasaran produk. Pelatihan juga dapat mendorong UMKM untuk pengajuan sertifikasi dan peningkatan kualitas pemasaran produk.
Menemukan solusi inovatif untuk memaksimalkan dampak layanan keuangan digital
Secara keseluruhan, forum Learning Collaborative ini membantu memberikan wawasan penting dalam menciptakan solusi inovatif dalam mendorong inklusi keuangan digital. Temuan yang disajikan dari studi eksplorasi dan pilot memberikan banyak pembelajaran yang bermanfaat bagi pemangku kepentingan dalam pembuatan kebijakan dan desain program selanjutnya. IFII di J-PAL SEA terus mendukung pemerintah dan swasta dalam menemukan solusi inovatif untuk memajukan inklusi keuangan digital melalui studi evaluasi dampak program.
Sejak diluncurkan pada tahun 2020, IFII di J-PAL SEA terus berupaya mencapai tujuan jangka panjangnya dalam memastikan bahwa layanan keuangan digital dapat mendorong pembangunan ekonomi sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah yang seringkali tidak memiliki akses ke layanan keuangan formal. Hubungi kami di [email protected]